I.
PENDAHULUAN
(Q.S An-Nur : 45)
“Dan Allah telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”[1]
Sampai saat ini ada sekitar 50.000
jenis hewan bertulang belakang (vertebrata) yang telah diketahui. Dari jumlah
sebesar itu kemudian para ilmuan di bidang Taksonomi berhasil mengelompokkannya
menjadi lima kelas. Pembagian tersebut meliputi antara lain kelas pisces,
Amphibi, Reptil, Aves, dan Mamalia. Mereka hidup pada semua lingkungan biologi
mulai di darat, air laut, air tawar, sampai di udara. Walaupun bentuk dan
ukuran tubuhnya beragam, tetapi semuanya mempunyai struktur dasar tubuh yang
sama. Hewan bertulang belakang umumnya terdiri dari kepala dan tubuh. Lebih
dari itu, hewan bertulang belakang yang hidup di darat dan udara biasanya
memiliki leher dan kaki.
Dalam kelangsungan hidupnya, hewan vertebrata
didukung oleh organ-organ penyusun di dalam tubuh yang memiliki fungsi disetiap
bagiannya. Organ tersebutlah yang berperan penting dalam kehidupan hewan. Jika
salah satu organ mengalami masalah atau kerusakan, maka organ yang lain akan
terkena dampaknya pula. Bisa saja organ yang lain tidak akan berfungsi lagi
sebagaimana mestinya. Sehingga dalam waktu yang tidak lama suatu oragnisme (hewan)
akan mengalami kematian.
Di dalam tubuh hewan reptilia
khususnya memiliki keistemawaan yang membedakan dengan kelas lainnya, karena
masing-masing kelas hewan vertebrata memiliki morfologi yang berbeda, pastinya
struktur anatominya juga mengalami hal yang demikian. Untuk mengatahui tentang
anatomi pada kelas reptilia, Maka dalam pembahasan makalah ini akan berusaha
menguraikan semaksimal mungkin mengenai anatomi dari kelas reptilia.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa Saja Sistem yang
Terdapat Dalam Kelas Reptil?
B.
Bagaimana Reproduksi dan
Perkembangan pada Hewan Reptil ?
C.
Bagaimana Ciri Khusus yang Dimiliki
oleh Reptil ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Sistem-Sistem yang
Berperan Penting dalam Kelas Reptilia
1.
Sistem Rangka
Tengkorak reptil terjadi penulangan
lebih banyak daripada amfibi dan terdapat banyak variasi di daerah temporal.
Tengkorak reptil yang memiliki lubang spesifik di daerah temporal disebut tipe
tengkorak anapsid. Tipe demikian ditemukan pada kura-kura. Tipe tengkorak
eurapsid ditemukan pada Plesiosaurus dan kerabatnya, mempunyai
sebuah penyambung supratemporal yang berkembang di kedua sisi tengkorak. Reptil
di era pemain sampai jurassic mempunyai tengkorak seperti mamal, ada sepasang
lubang infratemporal disebut sinapsid. Reptil yang hidup pada era
Mesozoic mempunyai tipe tengkorak diapsid, yang ditandai dengan lubang
supra dan infratemporal. Ciri terakhir ini juga menjadi ciri reptil sesudah era
Chelonia (Testudinata).[2]
Atap ruang otak reptil adalah
melengkung agak datar, seperti pada kelas Amphibia. Sebuah foramen pariental
ke arah pineal, atau mata ketiga, ditemukan pada Tuatara (Sphenodon)
dan beberapa jens kadal, tetapi tidak ditemukan pada kebanyakan reptil.
Penyusun rahang atas dan bawah reptil dapat bergerak dengan baik, karena adanya
engsel yang dilengkapi ligamentum. Gigi reptil terdapat pada bagian premaksila
dan maksila.[3]
2.
Sistem Otot
Otot aksial (otot badan) reptil
mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti yang ditemukan pada mamalia.
Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakka ruas-ruas
tulang belakang. Hal ini bisa diamati terutama pada bangsa ular sebab jaringan
otot lengan telah menghilang. Otot rangka pada kura-kura kerabatnya sangat
berkurang kecuali pada daerah leher akibat adanya karapaks dan plastron. Dermal
atau otot kulit berkembang baik pada reptil, dan perkembangan yang sangat baik
terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai
pada reptil menunjukkan variasi bergantung pada tipe gerakkanya.[4]
3.
Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada reptil lebih
sempurna daripada amfibi oleh sebab adanya paru-paru dungsional dan ginjal
metanefros.[5]Jantung
terdiri dari sinus venosus, 2 aurikel, dan 2 ventrikel, yang terbagi
sempurna. Atrium jantung terbagi sempurna menjadi ruangan kanan dan kiri, darah
dari sinus venosus ke aurikel kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonar
(bercabang dua), vena paru-paru, aurikel kiri, kemudian ke ventrikel kiri. Dari
ventrikel kiri keluar lengkung aorta ke dorsal, arteri karotis ke
kepala dan kaki depan. Yang ke belakang memberi darah untuk ruang tubuh, kaki
belakang dan ekor.[6]
Darah vena berkumpul dalam vena
cava anterior (di kedua belah sisi kepala dan leher), vena cava
posterior, vena porta hepatis, yang kemudian menjadi vena
hepatis, dan dalam vena epigastrikum yang semuanya dialirkan kembali
ke sinus venosus tersebut.[7]
Gambar 1. Peredaran darah pada reptil (sumber : http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/sistem-peredaran-darah-tertutup/hari
minggu/29/09/2013 pukul 14:35 WIB
4.
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada reptil
disesuaikan dengan kebiasaan makanan, reptil umumnya herbivora, hanya sedikit
yang karnivora. Reptil darat umunya mempunyai kelenjar pencernaaan di mulut
yang berkembang lebih baik, yang bertujuan untuk keperluan pelumasan makanan
yang kering agar mengurangi gesekan saat ditelan.[8]
Di dalam pencernaan reptil tidak
ada gigi, mempunyai lidah lebar namun tidak dapat ditonjolkan ke luar. Sistem
pencernaan terdiri dari faring yang dapat dibesarkan, esofagus
berdinding tebal, lambung, usus halus, dan kloaka. Hati
dengan kandung empedu besar dan pankreas.[9]
Gambar 2. Sistem pencernaan makanan reptil pad sisi ventral (Sumber : http://wandylee.wordpress.com/2012/05/11/sistem-pencernaan-reptil/di
akses hari minggu/29/09/2013 pukul: 14:45 WIB
5.
Sistem Pernafasan
Paru-paru pada reptil lebih
berkembang daripada amfibi, tetapi masih lebih sederhana bila dibandingkan
dengan vertebrata yang lebih tinggi.[10]
Dari faring, melalui celah suara
(glottis) terus menuju trakea (bercincin kartilago), dilanjutkan ke bronki
yang kemudian bercabang-cabang dalam paru-paru. Paru-paru itu terbagi dalam
kompartemen-kompartemen (lobus-lobus). Laring dari kartilago terdapat diujung
anterior di trakea.[11]
Gambar 3. Pernafasan pada kadal
(sumber : http://www.hikmat.web.id/biologi-klas-xi/sistem-pernapasan-pada-reptil.
minggu/29 /09/2013 pukul 15:05 WIB
6.
Sistem
Ekskresi
Pada
reptile terdapat kandung kemih. Kotoran / ekskret bersifat semisolid (setengah
keras) seperti pada burung, dan dikeluarkan langsung melalui kloaka bersama
tinja. Ekskret itu mengandung urat, bagian dari air kencing, yaitu bahan
berwarna putih, biasanya sebagai garam Na dan mengandung zat kapur.[12]
7.
Sistem
Saraf dan Sensori
Otak
terdiri dari 2 lobus olfaktori yang panjang, hemisfer, 2 lobus optikus,
serebellum, dan medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah
hemisfer terdapat indundibulum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf cranial
dan pasangan-pasangan saraf spinal pada tiap somit tubuh. Otak tengah pada
amniota adalah sebagai pusat dari aktivitas, tetapi pada reptilia terdapat
perubahan cerebrum. Perubahan tersebut akibat perkembangan ukuran dari
belahan-belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf
sehingga menjadi bentuk neopallium. Cerebellum reptile relative lebih besar
dari pada milik amfibi.
Lidah
sebagai organ perasa dan hidung dengan organ olfaktori (pembau). Mata dengan
kelenjar air mata. Telinga dengan saluran auditori eksternal (di bawah kulit,
dengan membrane timpani), dan tiga buah saluran semisirkular yang merupakan
organ pendengar. Terdapat saluran Eustachius yang bermuara pada atap faring di
belakang hidung dalam.[13]
8. Sistem
Urogenital
Ginjal
reptile seperti halnya pada burung dan mamal, dikenal sebagai tipe metanefros,
sedangkan ginjal saat embrio adalah pronefros dan mesonefros. Ginjal metanefros
pada dasarnya serupa dengan mesonefros, tetapi lebih ringkas dan memuat jumlah
lebih banyak urit-unit renal, ada saluran menuju tubulus dan akhirnya menyatu
disebut ureter. Perkembangan tipe ginjal adalah untuk efisiensi ekskretori
akibat meningkatnya aktivitas. Ada reptile yang memiliki kantung kemih, tetapi
pada buaya, kadal dan ular tidak ditemukan.[14]
Gambar
4. Sistem Urogenital (sumber : http://kairens.wordpress.com/2013/04/18/alat-reproduksi-pada-vertebrata/
hari minggu /29/09/2013/ pukul 15:20 WIB
Kajian
terbaru telah menunjukkan bahwa sejumlah reptile mempunyai kelenjar ekskresi
garam di kepala, berfungsi untuk mengeliminasi garam lebih cepat. Ekskresi
garam disalurkan menuju rongga hidung. Kelenjar-kelenjar ini sangat berkembang
padaIguana laut (Amblyhyncus cristatus), yang hidup bergantung pada alga
laut. Setelah makan, hewan ini ke pantai untuk istirahat di atas karang. Garam
yang terbawa saat makan, secara berkala dikeluarkan lewat hidung berbentuk uap
selama hewan bernafas. Kadal padang pasir (Dipsosaurus dorsalis) mengurangi
kadar garam darah serupa dengan iguana laut akibat dari urin yang sangat pekat.
Kehidupan di gurun berkaitan dengan efisiensi pemanfaatan air, maka air pada
urin diserap kembali. Reabsorbsi air ini terjadi di kloaka.[15]
Tipe
unik kelenjar pengeluar garam ditemukan pada ular-ular laut dari genus Pelamis
dan Lacticauda, yang sebagian besar hidupnya di dalam laut. Kelenjar
sublingual di permukaan ventrolateral lidah mampu mengeluarkan cairan pekat
mengandung banyak sodium klorida (Nacl), dikeluarkan ketika lidah dijulurkan.[16]
Ovarium
dan tertes pada reptile adalah berpasangan. Telur reptile sedikit lebih keras
disbanding telur amfibi. Kuning telur lebih banyak dibutuhkan untuk perkembangan
embrio dan setelah menetas. Telur reptile sering kali diselubungi oleh albumin
dan lapisan pembungkus luar berupa cangkang kalkareus (cangkang kapur). Albumin
dan cangkang dihasilkan oleh kelenjar di sepanjang oviduk, kemudian telur
dikeluarkan lewat kloaka.[17]
Arkhinefros
atau pembuluh Wolffian mengalami
degenerasi pada reptile betina, tapi pada hewan jantan menjadi saluran genital
yang fungsional dan ujung atas bergelung disebut epididimis. Telur
reptile bibuahi secara internal, akibatnya pejantan pada banyak spesies
mempunyai organ kawin khusus untuk memindahkan sperma ke betinanya. Organ ini
pada kadal dan ular terdapat sepasang, terletak di sekitar kloaka disebut hemipenis.
Srtuktur organ kawin pada buaya dan kura-kura mengkin homolog dengan
mamalia.[18]
B.
Reproduksi dan
Perkembangan pada Reptil
Pada
reptil fertilisasi terjadi secara internal. Organ kopulasi primitive, berupa penis
beralur yang terbentuk dari dinding kloaka. Telur dengan dinding seperti kulit,
diletakkan dalam lubang galian (oleh induknya) di pasir tepi laut. Embrio
terbungkus dlam membrane disebut amnion dan bernafas dengan allantois.[19]
Tidak banyak yang diketahui soal
perilaku bercumbu reptil, meski komunikasi kimiawi sepertinya berperan besar.
Sejumlah reptil mengeluarkan suara tertentu selama musim berkembang biak.
banyak kadal Jantan dan sejumlah kelompok lain melakukan tampilan visual dengan
menggunakan warna terang, dari punggung, dan gelambir. Tampilan ini bertujuan
menetapkan wilayah kekuasaan dan memikat
betina. Pada sebagian besar kasus, betina dibuahi oleh jantan. Pada beberapa
spesies kadal dan spesies ular, terjadi partenogenesis, yaitu betina
bereproduksi tanpa perlu dibuahi.[20]
C. Ciri-ciri
khusus yang dimiliki oleh Reptil
Kelas
Reptil memiliki ciri khusus untuk membedakan dengan hewan vertebrata lain,
diantaranya :
a. Kelenjar
kulit
Reptil
pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit dikarenakan ada sisik
epidermal kering pada reptil. Misalkan pada ular dan kadal yang kulitnya
kadangkala berganti kelenjar mukus dan kelenjar kloaka pada buaya berfungsi
selama masa bercumbu. Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin didekat
kloaka di masa kawin. Kadal ini memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal
atau lubang femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan
hanya pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada musim kawin.[21]
b. Sisik
epidermal
Sisik
epidermal terlihat jelas pada kadal dan ular. Sisik epidermal secara terus
menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan stratum germinativum
epidermis dan umumnya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain.
Ketika lapisan sisik epidermal tumbuh sempurna atau secara utuh, akhirnya
menjadi terpisah dari stratum germinativum dan tampak sebagai benda mati. Ular
dan kadal sisik-sisiknya berganti dikenal dengan proses ekdisis. Sebelum
berlangsung proses ekdisis, sisik-sisik baru yang menggantikan sisik yang tua
sudah terbentuk.[22]
Pergantian kulit pada ular dilakukan secara sekaligus, berbeda dengan kadal,
buaya, penyu dan kura-kura, serta tuatara yang melepasnya dalam bentuk potongan
dan serpihan.[23]
c.
Gigi
Pada kura-kura dan penyu tidak
memiliki gigi sama sekali, tetapi diganti dengan lapisan tanduk baik di rahang
atas maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilia lain umumnya memiliki
gigi dan berkembang baik. Gigi segera diganti jika tanggal. Pada crocodilia
giginya lebih seragam, berbentuk kerucut, kelengkapan giginya mengarah pada
gigi tipe thecodant.Sebagian besar kadal memiliki gigi seragam atau homodont.
Ada (sedikit) reptilia yang memiliki gigi seri, taring dan geraham, sehingga
pertumbuhan gigi ini mengarah ke tipe heterodont. Sebagian kecil kadal
memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit mulut, tetapi umunya melekat pada
rahang. Tipe gigi pada reptil terbagi menjadi dua , yaitu ; tipe acrodont,
hanya melekat pada rahang sehingga tidak terletak pada lubang rahang. Yang
kedua adalah tipe Pleurodont, yaitu gigi berada dan melekat pada sisi
dalam rahang.[24]
d.
Alat
gerak (appendages) dan lokomasi
Reptile
selama sejarah evolusinya telah menggunakan berbagai macam gerakan, ada yang
dapat berenang, berjalan atau berlari di daratan, menggali liang, memanjat dan bahkan
dapat meluncur di udara. Contoh terbaik tipe dasar tungkai reptilian adalah
pada kadal. Setiap tungkai biasanya memiliki 5 jari dan setiap jari bercakar.
Banyak kadal dapat berlari dengan 4 tungkai, tetapi ada yang hanya menggunakan
2 tungkai belakang saat berlari. Ada kadal yang mampu memanjat permukaan
vertical misalnya pada kelompok tokek karena ada alat tambahan berupa kait.
Beberapa kadal dari genus Draco mampu meluncur di udara, karena meiliki
kulit tambahan seperti jarring yang lebar di setiap sisi tubuh tetapi tidak
memiliki tungkai. Dua pasang tungkai pada kadal tidak selalu pentadaktil,
terkadang jari-jari pada satu atau kedua pasang tungkai menghilang. Kadal tak
bertungkai dikelompokkan dalam family Ellidae atau family Anguidae sehingga
nampak seperti ular. Buaya mampu berjalan di atas tanah sebaik berenang di air.
Mungkin jaringan selaput antar jari tersebut bervariasi, akan tetapi kecepatan
di air di sempurnakan oleh gerakan tubuh mengombak ke samping.[25]
Reptil
yang teradaptasi sangat baik untuk kehidupan akuatik adalah kura-kura laut. Tungkainya
termodifikasi menjadi sirip, kuku mereduksi atau tidak ada. Kura-kura tanah
memiliki tungkai yang kuat dan mampu mengangkat tubuh untuk bergerak. Kura-kura
laut dan air tawar dapat merubah berat badannya secara spesifik, sehingga mampu
bertahan dalam air pada kedalaman tertentu, dapat mengambang di permukaan atau
bergerak di dasar kolam. Kemungkinan ini dicapai dengan merubah volume udara di
paru-paru dan dengan menambah atau mengurangi jumlah air yang disimpan di
kloaka.[26]
Gerakan
melata pada ular adalah hal yang menarik. Ternyata ular melata dengan cara
berbeda. Ada 4 tipe gerakan maju, yaitu berombak horizontal, rectilinear,
concertina, dan sidewinder. Rattlesnake dan ular berbisa memiliki
lubang sensor khusus di setiap sisi kepala. Keberadaan lubang ini telah
dipelajari oleh Noble dan Schmidt (1937), bahwa walaupun semua organ utama
dirusak atau diblok ternyata ular mampu menemukan atau mengetahui lokasi dan
mematuk mangsanya sebab objek memiliki suhu tubuh lebih tinggi atau lebih
rendah dari lingkungan sekitar. Lubang-lubang sensor ini berisi saraf ophithalmic
cabang dari saraf cranial ke V. Organ sensor di kepala ular fiton Australia
(Morelia spiloles) mampu menerima sinar infra merah.[27]
IV.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas kita dapat mengatahui tentang
anatomi pada kelas reptilia. Ada beberapa sistem yang dapat kita temukan yang
terdapat pada kelas reptilia, seperti halnya sistem rangka, sistem otot, sistem
sirkulasi (jantung terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atrium kanan dan
kiri serta atrium), sistem pencernaan yang sudah lengkap, sistem pernafasan
yang lebih berkembang dari pada amfibi, sitem urogenital, dan sistem saraf.
Selain beberapa macam sistem, kita juga dapat menemukan beberapa ciri khusus
yang terdapat reptilia, seperti adanya kelenjar kulit, sisik epidermal,
perbedaan bentuk gigi, dan alat gerak.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah yang telah kami buat, mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan tugas selanjutnya
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin..
DAFTAR PUSTAKA
Sukiya, 2001, Biologi
Vertebrata, Yogyakarta : JICA.
Brotowidjoyo,
Mukayat Djarubito, 1994, Zoologi Dasar, Yogyakarta : Erlangga.
Mattison,
Chris, 2008, Ensiklopedia Dunia Hewan, Jakarta : Lentera Abadi.
http://wandylee.wordpress.com/2012/05/11/sistem-pencernaan-reptil/di
akses hari minggu/29/09/2013 pukul: 14:45 WIB.
http://kairens.wordpress.com/2013/04/18/alat-reproduksi-pada-vertebrata/
hari minggu /29/09/2013/ pukul 15:20 WIB
[1]
Al-Quran dan Terjemah surat An-Nur : 45
[2]
Sukiya, Biologi Vertebrata, (Yogyakarta : JICA, 2001), hal. 49
[3] Sukiya,
Biologi Vertebrata,hal. 49-50
[4]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 52
[5]
Sukiya, Biologi Vertebrata, hal. 52
[6]
Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar, (Yogyakarta : Erlangga, 1994),
hal. 210
[7]
Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 210
[8]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 53
[9]
Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 206
[10]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 52
[11]
Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 206
[12]
Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 210
[13]
Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 210
[14]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 55
[15]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 56
[16]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 56
[17]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 56-57
[18]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 57
[19]
Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 207
[20] Chris
Mattison, Ensiklopedia Dunia Hewan, (Jakarta : Lentera Abadi, 2008),
hal. 365
[21]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 59
[22]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 60
[23]
Chris Mattison, Ensiklopedia Dunia Hewan, hal. 364
[24]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 61-62
[25]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 62
[26]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 62
[27]
Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 62-63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar