Jumat, 29 November 2013

Anatomi Reptil




I.                   PENDAHULUAN
(Q.S An-Nur : 45)

“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”[1]
Sampai saat ini ada sekitar 50.000 jenis hewan bertulang belakang (vertebrata) yang telah diketahui. Dari jumlah sebesar itu kemudian para ilmuan di bidang Taksonomi berhasil mengelompokkannya menjadi lima kelas. Pembagian tersebut meliputi antara lain kelas pisces, Amphibi, Reptil, Aves, dan Mamalia. Mereka hidup pada semua lingkungan biologi mulai di darat, air laut, air tawar, sampai di udara. Walaupun bentuk dan ukuran tubuhnya beragam, tetapi semuanya mempunyai struktur dasar tubuh yang sama. Hewan bertulang belakang umumnya terdiri dari kepala dan tubuh. Lebih dari itu, hewan bertulang belakang yang hidup di darat dan udara biasanya memiliki leher dan kaki.
Dalam kelangsungan hidupnya, hewan vertebrata didukung oleh organ-organ penyusun di dalam tubuh yang memiliki fungsi disetiap bagiannya. Organ tersebutlah yang berperan penting dalam kehidupan hewan. Jika salah satu organ mengalami masalah atau kerusakan, maka organ yang lain akan terkena dampaknya pula. Bisa saja organ yang lain tidak akan berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Sehingga dalam waktu yang tidak lama suatu oragnisme (hewan) akan mengalami kematian.
Di dalam tubuh hewan reptilia khususnya memiliki keistemawaan yang membedakan dengan kelas lainnya, karena masing-masing kelas hewan vertebrata memiliki morfologi yang berbeda, pastinya struktur anatominya juga mengalami hal yang demikian. Untuk mengatahui tentang anatomi pada kelas reptilia, Maka dalam pembahasan makalah ini akan berusaha menguraikan semaksimal mungkin mengenai anatomi dari kelas reptilia.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Saja Sistem yang Terdapat Dalam Kelas Reptil?
B.     Bagaimana Reproduksi dan Perkembangan pada Hewan Reptil ?
C.     Bagaimana Ciri Khusus yang Dimiliki oleh Reptil ?

III.             PEMBAHASAN
A.    Sistem-Sistem yang Berperan Penting dalam Kelas Reptilia
1.      Sistem Rangka
Tengkorak reptil terjadi penulangan lebih banyak daripada amfibi dan terdapat banyak variasi di daerah temporal. Tengkorak reptil yang memiliki lubang spesifik di daerah temporal disebut tipe tengkorak anapsid. Tipe demikian ditemukan pada kura-kura. Tipe tengkorak eurapsid ditemukan pada Plesiosaurus dan kerabatnya, mempunyai sebuah penyambung supratemporal yang berkembang di kedua sisi tengkorak. Reptil di era pemain sampai jurassic mempunyai tengkorak seperti mamal, ada sepasang lubang infratemporal disebut sinapsid. Reptil yang hidup pada era Mesozoic mempunyai tipe tengkorak diapsid, yang ditandai dengan lubang supra dan infratemporal. Ciri terakhir ini juga menjadi ciri reptil sesudah era Chelonia (Testudinata).[2]
Atap ruang otak reptil adalah melengkung agak datar, seperti pada kelas Amphibia. Sebuah foramen pariental ke arah pineal, atau mata ketiga, ditemukan pada Tuatara (Sphenodon) dan beberapa jens kadal, tetapi tidak ditemukan pada kebanyakan reptil. Penyusun rahang atas dan bawah reptil dapat bergerak dengan baik, karena adanya engsel yang dilengkapi ligamentum. Gigi reptil terdapat pada bagian premaksila dan maksila.[3]


2.      Sistem Otot
Otot aksial (otot badan) reptil mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti yang ditemukan pada mamalia. Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakka ruas-ruas tulang belakang. Hal ini bisa diamati terutama pada bangsa ular sebab jaringan otot lengan telah menghilang. Otot rangka pada kura-kura kerabatnya sangat berkurang kecuali pada daerah leher akibat adanya karapaks dan plastron. Dermal atau otot kulit berkembang baik pada reptil, dan perkembangan yang sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot  tungkai pada reptil menunjukkan variasi bergantung pada tipe gerakkanya.[4]
3.      Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada reptil lebih sempurna daripada amfibi oleh sebab adanya paru-paru dungsional dan ginjal metanefros.[5]Jantung terdiri dari sinus venosus, 2 aurikel, dan 2 ventrikel, yang terbagi sempurna. Atrium jantung terbagi sempurna menjadi ruangan kanan dan kiri, darah dari sinus venosus ke aurikel kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonar (bercabang dua), vena paru-paru, aurikel kiri, kemudian ke ventrikel kiri. Dari ventrikel kiri keluar lengkung aorta ke dorsal, arteri karotis ke kepala dan kaki depan. Yang ke belakang memberi darah untuk ruang tubuh, kaki belakang dan ekor.[6]
Darah vena berkumpul dalam vena cava anterior (di kedua belah sisi kepala dan leher), vena cava posterior, vena porta hepatis, yang kemudian menjadi vena hepatis, dan dalam vena epigastrikum yang semuanya dialirkan kembali ke sinus venosus tersebut.[7]

4.      Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada reptil disesuaikan dengan kebiasaan makanan, reptil umumnya herbivora, hanya sedikit yang karnivora. Reptil darat umunya mempunyai kelenjar pencernaaan di mulut yang berkembang lebih baik, yang bertujuan untuk keperluan pelumasan makanan yang kering agar mengurangi gesekan saat ditelan.[8]
Di dalam pencernaan reptil tidak ada gigi, mempunyai lidah lebar namun tidak dapat ditonjolkan ke luar. Sistem pencernaan terdiri dari faring yang dapat dibesarkan, esofagus berdinding tebal, lambung, usus halus, dan kloaka. Hati dengan kandung empedu besar dan pankreas.[9]
Gambar 2. Sistem pencernaan makanan reptil pad sisi ventral (Sumber : http://wandylee.wordpress.com/2012/05/11/sistem-pencernaan-reptil/di akses hari minggu/29/09/2013 pukul: 14:45 WIB

5.      Sistem Pernafasan
Paru-paru pada reptil lebih berkembang daripada amfibi, tetapi masih lebih sederhana bila dibandingkan dengan vertebrata yang lebih tinggi.[10]
Dari faring, melalui celah suara (glottis) terus menuju trakea (bercincin kartilago), dilanjutkan ke bronki yang kemudian bercabang-cabang dalam paru-paru. Paru-paru itu terbagi dalam kompartemen-kompartemen (lobus-lobus). Laring dari kartilago terdapat diujung anterior di trakea.[11]


6.      Sistem Ekskresi
Pada reptile terdapat kandung kemih. Kotoran / ekskret bersifat semisolid (setengah keras) seperti pada burung, dan dikeluarkan langsung melalui kloaka bersama tinja. Ekskret itu mengandung urat, bagian dari air kencing, yaitu bahan berwarna putih, biasanya sebagai garam Na dan mengandung zat kapur.[12]
7.      Sistem Saraf dan Sensori
Otak terdiri dari 2 lobus olfaktori yang panjang, hemisfer, 2 lobus optikus, serebellum, dan medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer terdapat indundibulum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf cranial dan pasangan-pasangan saraf spinal pada tiap somit tubuh. Otak tengah pada amniota adalah sebagai pusat dari aktivitas, tetapi pada reptilia terdapat perubahan cerebrum. Perubahan tersebut akibat perkembangan ukuran dari belahan-belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk neopallium. Cerebellum reptile relative lebih besar dari pada milik amfibi.
Lidah sebagai organ perasa dan hidung dengan organ olfaktori (pembau). Mata dengan kelenjar air mata. Telinga dengan saluran auditori eksternal (di bawah kulit, dengan membrane timpani), dan tiga buah saluran semisirkular yang merupakan organ pendengar. Terdapat saluran Eustachius yang bermuara pada atap faring di belakang hidung dalam.[13]
8.      Sistem Urogenital
Ginjal reptile seperti halnya pada burung dan mamal, dikenal sebagai tipe metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah pronefros dan mesonefros. Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan mesonefros, tetapi lebih ringkas dan memuat jumlah lebih banyak urit-unit renal, ada saluran menuju tubulus dan akhirnya menyatu disebut ureter. Perkembangan tipe ginjal adalah untuk efisiensi ekskretori akibat meningkatnya aktivitas. Ada reptile yang memiliki kantung kemih, tetapi pada buaya, kadal dan ular tidak ditemukan.[14]

Gambar 4. Sistem Urogenital (sumber : http://kairens.wordpress.com/2013/04/18/alat-reproduksi-pada-vertebrata/ hari minggu /29/09/2013/ pukul 15:20 WIB

Kajian terbaru telah menunjukkan bahwa sejumlah reptile mempunyai kelenjar ekskresi garam di kepala, berfungsi untuk mengeliminasi garam lebih cepat. Ekskresi garam disalurkan menuju rongga hidung. Kelenjar-kelenjar ini sangat berkembang padaIguana laut (Amblyhyncus cristatus), yang hidup bergantung pada alga laut. Setelah makan, hewan ini ke pantai untuk istirahat di atas karang. Garam yang terbawa saat makan, secara berkala dikeluarkan lewat hidung berbentuk uap selama hewan bernafas. Kadal padang pasir (Dipsosaurus dorsalis) mengurangi kadar garam darah serupa dengan iguana laut akibat dari urin yang sangat pekat. Kehidupan di gurun berkaitan dengan efisiensi pemanfaatan air, maka air pada urin diserap kembali. Reabsorbsi air ini terjadi di kloaka.[15]
Tipe unik kelenjar pengeluar garam ditemukan pada ular-ular laut dari genus Pelamis dan Lacticauda, yang sebagian besar hidupnya di dalam laut. Kelenjar sublingual di permukaan ventrolateral lidah mampu mengeluarkan cairan pekat mengandung banyak sodium klorida (Nacl), dikeluarkan ketika lidah dijulurkan.[16]
Ovarium dan tertes pada reptile adalah berpasangan. Telur reptile sedikit lebih keras disbanding telur amfibi. Kuning telur lebih banyak dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan setelah menetas. Telur reptile sering kali diselubungi oleh albumin dan lapisan pembungkus luar berupa cangkang kalkareus (cangkang kapur). Albumin dan cangkang dihasilkan oleh kelenjar di sepanjang oviduk, kemudian telur dikeluarkan lewat kloaka.[17]
Arkhinefros atau pembuluh Wolffian mengalami degenerasi pada reptile betina, tapi pada hewan jantan menjadi saluran genital yang fungsional dan ujung atas bergelung disebut epididimis. Telur reptile bibuahi secara internal, akibatnya pejantan pada banyak spesies mempunyai organ kawin khusus untuk memindahkan sperma ke betinanya. Organ ini pada kadal dan ular terdapat sepasang, terletak di sekitar kloaka disebut hemipenis. Srtuktur organ kawin pada buaya dan kura-kura mengkin homolog dengan mamalia.[18]

B.     Reproduksi dan Perkembangan pada Reptil
Pada reptil fertilisasi terjadi secara internal. Organ kopulasi primitive, berupa penis beralur yang terbentuk dari dinding kloaka. Telur dengan dinding seperti kulit, diletakkan dalam lubang galian (oleh induknya) di pasir tepi laut. Embrio terbungkus dlam membrane disebut amnion dan bernafas dengan allantois.[19]
Tidak banyak yang diketahui soal perilaku bercumbu reptil, meski komunikasi kimiawi sepertinya berperan besar. Sejumlah reptil mengeluarkan suara tertentu selama musim berkembang biak. banyak kadal Jantan dan sejumlah kelompok lain melakukan tampilan visual dengan menggunakan warna terang, dari punggung, dan gelambir. Tampilan ini bertujuan menetapkan wilayah kekuasaan dan  memikat betina. Pada sebagian besar kasus, betina dibuahi oleh jantan. Pada beberapa spesies kadal dan spesies ular, terjadi partenogenesis, yaitu betina bereproduksi tanpa perlu dibuahi.[20]

C.    Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh Reptil
Kelas Reptil memiliki ciri khusus untuk membedakan dengan hewan vertebrata lain, diantaranya :
a.       Kelenjar kulit
Reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit dikarenakan ada sisik epidermal kering pada reptil. Misalkan pada ular dan kadal yang kulitnya kadangkala berganti kelenjar mukus dan kelenjar kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu. Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin didekat kloaka di masa kawin. Kadal ini memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal atau lubang femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada musim kawin.[21]
b.      Sisik epidermal
Sisik epidermal terlihat jelas pada kadal dan ular. Sisik epidermal secara terus menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan stratum germinativum epidermis dan umumnya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain. Ketika lapisan sisik epidermal tumbuh sempurna atau secara utuh, akhirnya menjadi terpisah dari stratum germinativum dan tampak sebagai benda mati. Ular dan kadal sisik-sisiknya berganti dikenal dengan proses ekdisis. Sebelum berlangsung proses ekdisis, sisik-sisik baru yang menggantikan sisik yang tua sudah terbentuk.[22] Pergantian kulit pada ular dilakukan secara sekaligus, berbeda dengan kadal, buaya, penyu dan kura-kura, serta tuatara yang melepasnya dalam bentuk potongan dan serpihan.[23]
c.       Gigi
Pada kura-kura dan penyu tidak memiliki gigi sama sekali, tetapi diganti dengan lapisan tanduk baik di rahang atas maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilia lain umumnya memiliki gigi dan berkembang baik. Gigi segera diganti jika tanggal. Pada crocodilia giginya lebih seragam, berbentuk kerucut, kelengkapan giginya mengarah pada gigi tipe thecodant.Sebagian besar kadal memiliki gigi seragam atau homodont. Ada (sedikit) reptilia yang memiliki gigi seri, taring dan geraham, sehingga pertumbuhan gigi ini mengarah ke tipe heterodont. Sebagian kecil kadal memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit mulut, tetapi umunya melekat pada rahang. Tipe gigi pada reptil terbagi menjadi dua , yaitu ; tipe acrodont, hanya melekat pada rahang sehingga tidak terletak pada lubang rahang. Yang kedua adalah tipe Pleurodont, yaitu gigi berada dan melekat pada sisi dalam rahang.[24]
d.      Alat gerak (appendages) dan lokomasi
Reptile selama sejarah evolusinya telah menggunakan berbagai macam gerakan, ada yang dapat berenang, berjalan atau berlari di daratan, menggali liang, memanjat dan bahkan dapat meluncur di udara. Contoh terbaik tipe dasar tungkai reptilian adalah pada kadal. Setiap tungkai biasanya memiliki 5 jari dan setiap jari bercakar. Banyak kadal dapat berlari dengan 4 tungkai, tetapi ada yang hanya menggunakan 2 tungkai belakang saat berlari. Ada kadal yang mampu memanjat permukaan vertical misalnya pada kelompok tokek karena ada alat tambahan berupa kait. Beberapa kadal dari genus Draco mampu meluncur di udara, karena meiliki kulit tambahan seperti jarring yang lebar di setiap sisi tubuh tetapi tidak memiliki tungkai. Dua pasang tungkai pada kadal tidak selalu pentadaktil, terkadang jari-jari pada satu atau kedua pasang tungkai menghilang. Kadal tak bertungkai dikelompokkan dalam family Ellidae atau family Anguidae sehingga nampak seperti ular. Buaya mampu berjalan di atas tanah sebaik berenang di air. Mungkin jaringan selaput antar jari tersebut bervariasi, akan tetapi kecepatan di air di sempurnakan oleh gerakan tubuh mengombak ke samping.[25]
Reptil yang teradaptasi sangat baik untuk kehidupan akuatik adalah kura-kura laut. Tungkainya termodifikasi menjadi sirip, kuku mereduksi atau tidak ada. Kura-kura tanah memiliki tungkai yang kuat dan mampu mengangkat tubuh untuk bergerak. Kura-kura laut dan air tawar dapat merubah berat badannya secara spesifik, sehingga mampu bertahan dalam air pada kedalaman tertentu, dapat mengambang di permukaan atau bergerak di dasar kolam. Kemungkinan ini dicapai dengan merubah volume udara di paru-paru dan dengan menambah atau mengurangi jumlah air yang disimpan di kloaka.[26]
Gerakan melata pada ular adalah hal yang menarik. Ternyata ular melata dengan cara berbeda. Ada 4 tipe gerakan maju, yaitu berombak horizontal, rectilinear, concertina, dan sidewinder. Rattlesnake dan ular berbisa memiliki lubang sensor khusus di setiap sisi kepala. Keberadaan lubang ini telah dipelajari oleh Noble dan Schmidt (1937), bahwa walaupun semua organ utama dirusak atau diblok ternyata ular mampu menemukan atau mengetahui lokasi dan mematuk mangsanya sebab objek memiliki suhu tubuh lebih tinggi atau lebih rendah dari lingkungan sekitar. Lubang-lubang sensor ini berisi saraf ophithalmic cabang dari saraf cranial ke V. Organ sensor di kepala ular fiton Australia (Morelia spiloles) mampu menerima sinar infra merah.[27]

IV.             KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas kita dapat mengatahui tentang anatomi pada kelas reptilia. Ada beberapa sistem yang dapat kita temukan yang terdapat pada kelas reptilia, seperti halnya sistem rangka, sistem otot, sistem sirkulasi (jantung terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atrium kanan dan kiri serta atrium), sistem pencernaan yang sudah lengkap, sistem pernafasan yang lebih berkembang dari pada amfibi, sitem urogenital, dan sistem saraf. Selain beberapa macam sistem, kita juga dapat menemukan beberapa ciri khusus yang terdapat reptilia, seperti adanya kelenjar kulit, sisik epidermal, perbedaan bentuk gigi, dan alat gerak.                                                                                                                          

V.                PENUTUP
Demikian makalah yang telah kami buat, mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah  ini banyak kesalahan dan kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan tugas selanjutnya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin..



















DAFTAR PUSTAKA

Sukiya, 2001, Biologi Vertebrata, Yogyakarta : JICA.
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito, 1994, Zoologi Dasar, Yogyakarta : Erlangga.
Mattison, Chris, 2008, Ensiklopedia Dunia Hewan, Jakarta : Lentera Abadi.








[1] Al-Quran dan Terjemah surat An-Nur : 45
[2] Sukiya, Biologi Vertebrata, (Yogyakarta : JICA, 2001), hal. 49
[3] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 49-50
[4] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 52
[5] Sukiya, Biologi Vertebrata, hal. 52
[6] Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar, (Yogyakarta : Erlangga, 1994), hal. 210
[7] Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 210
[8] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 53
[9] Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 206
[10] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 52
[11] Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 206
[12] Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 210
[13] Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 210

[14] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 55
[15] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 56
[16] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 56
[17] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 56-57

[18] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 57
[19] Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, Zoologi Dasar,hal. 207
[20] Chris Mattison, Ensiklopedia Dunia Hewan, (Jakarta : Lentera Abadi, 2008), hal. 365
[21] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 59
[22] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 60
[23] Chris Mattison, Ensiklopedia Dunia Hewan, hal. 364
[24] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 61-62
[25] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 62
[26] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 62
[27] Sukiya, Biologi Vertebrata,hal. 62-63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar