Sabtu, 30 November 2013

Sitoskeleton



       I.            PENDAHULUAN

Makhluk hidup merupakan struktur kompleks dari kehidupan. Ada yang uni seluler (bersel satu) dan juga ada multiseluler (bersel banyak) pada tumbuhan ataupun hewan. Sel merupakan unit terkecil atau unit dasar makhluk hidup baik secara stuktural maupun fungsional. Hal ini berarti bahwa secara struktural, sel merupakan penyusun makhluk hidup, baik mahkluk bersel satu maupun bersel banyak. Selain itu, setiap sel melakukan aktivitas kehidupan. untuk menjaga kelangsungan aktivitasnya, setiap sel mempunyai struktur dan fungsi yang jelas. Sebuah sel mempunyai tiga bagian utama yaitu membran sel (selaput plasma), sitoplasma, dan organel-organel sel.
Mempelajari dan mengetahui tentang sel serta struktur bagian-bagian didalamnya dapat mendorong kita agar lebih mencintai diri kita. Sel tersusun dari bagian inti yaitu membran plasma, nukleus, dan sitoplasma . Di dalam sitoplasma terdapat organel-organel sel yang masing- masing memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda tetapi saling berhubungan.
Pada awalnya banyak ahli biologi berpikir bahwa organel sel eukariotik mengambang bebas dalam sel. Namun ternyata setelah dilakukan penyempurnaan  mikroskrop cahaya dan mikroskopi elektron ditemukan bahwa terdapat sitoskeleton yang menyokong organel sel dalam sitosol. Oleh karena itu, akan di bahas dalam makalah ini adalah sitoskeleton dan juga beberapa penyakit yang disebabkan oleh perubahan unsur sel.
Di dalam surat Al-Anbiya ayat 83 menjelaskan tentang penyakit.

رَبِّ أَنِّي مَسَّـنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (٨٣)
                                   
Ya Tuhanku,Sesugguhnya aku telah ditimpa penyakit dan engkau  adalahTuhan
   yang Maha Penyayang diantara semua penyayang”.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.     Apakah Penjelasan Pengertian dari Sitoskeleton ?
B.     Apa saja komponen-komponen penyusun Sitoskeleton ?
C.     Bagaimana Perbedaan antara masing-masing penyusun tipe sitoskeleton ?
D.     Apa saja penyakit yang disebabkan oleh perubahan unsur sel ?

 III.            PEMBAHASAN
A.     Pengertian Sitoskeleton
Sitoskeleton berasal dai dua kata yaitu  cyto yang berarti sel dan skeleton yang berarti rangka.[1] Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun Sitoplasma dalam Sel. Setelah lama dianggap hanya terdapat di sel eukariota, sitoskeleton ternyata juga dapat ditemukan pada sel prokariota. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di permukaan.[2]
Sitoskeleton memainkan peran utama dalam pengorganisasian struktur dan aktivitas sel. Oleh karena itu, sitoskeleton sangatlah penting dalam keberlangsungan hidup sel. Selain itu, sitoskeleton merupakan tempat bergantungnya organel dan bahkan molekul enzim sitosol. Akan tetapi, sitoskeleton lebih dinamis daripada rangka hewan. Sitoskeleton dapat secara cepat dibongkar dalam satu bagian sel dan dirakit atau disusun di tempat baru, yang mengubah bentuk sel tersebut.
Sitoskeleton juga terlibat dalam beberapa jenis motilitas (gerak) sel. Istilah motilitas sel mencakup perubahan tempat sel maupun pergerakan bagian sel yang lebih terbatas. Motilitas sel umumnya membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan protein yang disebut molekul motor.[3]
B.     Komponen-Komponen Penyusun Sitoskeleton
Komponen penyusun dalam sitoskeleton teradapat tiga jenis filamen. Filamen yaitu tumpukan protein yang berbentuk benang-benang halus. Filamen-filamen ini membentuk suatu anyaman atau jala yang memberikan kekuatan kepada sel atau kerangka sel yang kemudian disebut sitoskeleton.
Berdasarkan struktur dan garis tengahnya filamen-filamen tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu mikrotubula (Ø 24 nm), mikrofilamen (Ø 60A ̊ ), dan filamen intermedia (Ø 8-10 nm). Mikrotubula merupakan yang paling tebal di antara ketiganya, mikrofilamen (juga disebut filamen aktin) merupakan yang paling halus. Sedangkan filamen intermediet adalah serabut dengan diameter yang termasuk dalam kisaran menengah. Untuk lebih memudahkan pemahaman dan pengkajian dari masing-masing dilamen tersebut, berikut penjelasanya :
1.      Mikrotubula
Mikrotubul adalah rantai protein yang berbentuk spiral dan spiral ini membentuk tabung berlubang.[4]Mikrotubula ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubula itu berupa batang lurus dan berongga yang berdiameter sekitar 25 nm dan mempunyai panjang dari 200 nm hingga 25µm. Dinding tabung berongga dibangun dari protein globular yang disbut tubulin. Setiap molekul tubulin terdiri atas dua subunit polipeptida yang serupa, ɑ-tubulin dan β-tubulin. Mikrotubula memanjang dengan menambah molekul tubulin di ujung-ujungnya. Mikrotubula dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk membangun mikrotubula di mana saja di dalam sel.
Mikrotubula memberi bentuk dan mendukung sel, dan juga berfungsi sebagai jalur yang dapat digunakan organel yang dilengkapi dengan molekul motor untuk dapat bergerak. Misalnya, mikrotubula agaknya menuntun vesikula sekretoris dari aparatus Golgi ke membran plasma. Mikrotubula juga terlibat dalam pemisahan kromosaom selama pembelahan sel terjadi.[5] Mikrotubula memiliki kutub positif yaitu kutub yang pertumbuhannya cepat dan kutub negatif yaitu kutub yang pertumbuhannya lambat.[6]
Terdapat dua kelompok mikrotubula yakni ; 1) mikrotubula stabil, adalah mikrotubula yang dapat diawetkan dengan larutan fiksatif apapun, misalnya : OsO4, MnO4 atau aldehid dan suhu berapapun. 2) mikrotubula labil yaitu mikrotubula yang dapat diawetkan hanya dengan larutan fiksatif aldehida pada suhu sekitar 4 ̊C. Pada bagian mikrotubula yang labil, mikrotubula mempunya ujung positif dan ujung negatif. Ujung positif adalah tempat dimer-dimer tubulin bersatu membentuk heterodimer, sedangkan ujung negatif adalah tempat lepasnya dimer-dimer tubulin dari ikatan heterodimer mikrotubula. Hal ini menyebabkan struktur mikrotubula tersebut labil atau bergerak. Mikrotubula labil terdapat di dalam sitoplasma sehingga disebut juga mikrotubula sitoplasma. Mikrotubula sitoplasma ini berfungsi dalam memberi bentuk sel, membantu gerakan sel, dan menentukan bidang pembelahan sel. Kelabilan mikrotubula dapat diterangkan berdasarkan hipotesisi Kirschner dan Mitchison yaitu melalui terhidrolisis atau tidaknya GTP. Terhidrolisis maka akan terjadi pembongkaran mikrotubula.[7]
 Kelabilan mikrotubula mendasari kegiatan dan fungsinya. Misalnya mikrotubula pada saat mitosis yang disbut gelendong mitosis. Mikrotubula gelendong mitosis sangat labil artinya cepat terakit maupun terurai. Hal ini menyebabkan gelendong mitosis sangat peka terhadap pengaruh dari senyawa-senyawa kimia, dimana beberapa senyawa kima itu bersifat antimiotik yaitu menghambat pembentukan gelendong mitosis. Pengaruh senyawa-senyawa antimitosis ini bersifat tidak permanen artinya apabila senyawa ini dihilangkan maka gelendong mitosis ini akan terikat kembali dan mitosis akan berlanjut kembali. Beberapa senyawa yang bersifat antimitosis adalah sebagai berikut : kolkisin, kolsemid, dan nokadzole. Ketiganya berfungsi menghambat pengikatan molekul tubulin ke mikrotubula, yang akan menyebabkan depolimerisasi mikrotubula atau gagalnya pembentukan mikrotubula. Vinblastin dan Vinkristin berfungsi memacu pembentukan kelompok parakristalin dari tubulin yang menyebabkan terpecahnya ikatan antar tubulin mikrotubula sehinggaterjadi juga dipolimerisasi. Sedangkan taksol berfungsi kebalikannya, senyawa ini menstabilkan mikrotubula sehingga sulit terurai, akibatnya kromosom tetap terletak di bidang ekuator pembelahan, tidak dapat menuju ke masing-masing kutub pembelahan. Akibatnya mitosis gagal terjadi atau terbentuk sel-sel dengan inti ganda (poliploidi).[8]
      Di dalam banyak sel, mikrotubula tumbuh dari sentrosom, suatu daerah yang terletak dekat nukleus. Mikrotubula disini berfungsi sebagai balok penahan dari tekanan sitoskeleton. Di dalam sentrosom sel hewan terdapat sepasang sentriol, masing-masing tersusun ke dalam suatu cincin. Apabila sel membelah, sentriol ini bereplikasi. Walaupun sentriol dapat membantu mengoganisasi penyusunan rakitan mikrotubula, sentriol ini tak penting bagi fungsi ini dalam semua eukariota; sentrosom sebagian besartumbuhan tidak memiliki sentriol sama sekali.[9]
      Dalam eukariota, susunan khusus mikrotubula berperan untuk menggetarkan flagela dan silia, alat yang membantu pergerakan dari sebagaian sel. Jika silia atau flagela membentang dari sel yang merupakan bagian dari lapisan jaringan, silia dan flagela ini berfungsi menggerakan cairan di atas permukaan jaringannya. Misalnya , lapisan batang tenggorokan yang bersilia menggerakan lendir yang berhasil menangkap kotoran-kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Pada umunya flagela berdiameter sama tetapi lebih panjang daripada silia. Selain itu, jumlah flagela biasanya terbatas, hanya satu atau beberapa untuk setiap sel. Perbedaan yang lainnya yaitu pada pola kibasanya, flagela memiliki gerak berombak-ombak yang menghasilkan gaya yang searah dengan sumbu flagela. Sebaliknya, silia bekerja lebih seperti dayung, dengan tenaga yang berganti-ganti dan kibasan balik yang menghasilkan gaya yang arahnya tegak lurus terhadap sumbu silia.[10]
      Sekalipun berbeda dalam hal panjangya, jumlah per sel, dan pola kibasannya tadi yang telah dijelaskan, silia dan flagela juga memiliki kesamaan ultrastruktur. Silia dan flagela memiliki suatu inti yang terdiri dari  mikrotubula yang diselimuti oleh suatu membran yang memanjang.
Rakitan mikrotubula dari silia atau flagela ini tertambat dalam sel dengan bantuan tubuh basal, yang secara struktural identik dengan sentriol.[11]
      Telah dibicarakan beberapa mutasi dalam protein silia dan flagela. Salah satunya darinya disebut sindroma silia imotil dari Kartagner dan dicirikan oleh tidak adanya lengan-lengan dinein dalam struktur ini, mengakibatkan infertilitas pada pria (akibat sperma yang imotil) dan infeksi pernafasan kronik (akibat tidak adanya gerakan pemersih dari silia salauran nafas).[12]
2.      Mikrofilamen
Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis, terdiri dari protein yang disebut aktin.[13] Mikrofilamen ini disebut dengan aktin, karena filamen ini tersusun dari molekul aktin, suatu protein globular. Aktin diketahui merupakan [rotein kontraktil yang terlibat dalam proses-proses yang terjadi dalam sel antara lain sitokinesis, aliran plasma, gerakan sel, gerakan mikrovili intestinal. Sekitar 50% molekul aktin yang terdapat di dalam sel hewan tidak terpolimerisasi.[14]
Pengamatan struktural dan biokimiawi menunjukkan bahwa aktin merupakan unsur penting dari protein total dari semua sel. Pada sel bukan otot, aktin biasanya ada dalam bentuk mikrofilamen. Perbedaan komposisi asam amino rupanya berhubungan dengan sifat fungsional dan stabilitas spesifik dari beberapa aktin di dalam sel. Di dalam sel, mikrofilamen tersusun dalam banyak bentuk : (1) Pada otot rangka, mereka membentuk berkas parakristal yang terntegrasi dengan filamen miosin tebal (16nm). (2) Pda kebanyakan sel, mikrofilamen in terdapat berupa selaput tipis tepat dibawah plasmelama. Filamen-filamen ini rupanya berhubungan dengan aktivitas membran seperti endositosis, eksositosis, dan aktivitas migrasi sel. (3) mikrofilamen berhubungan erat dengan sejumlah organel, vesikel, dan granul dalam sitoplasma. Filamen-filamen ini diduga berperan memindahkan dan menggerakan unsur-unsur sitoplasma (arus sitoplasma). (4) mikrofilamen membentuk cincin filamen yang bila mengerut mengakibatkan terpisahnya sel dalam mitosis. (5) pada kebanyakan sel, mikrofilamen tersebar di dalam sitoplasma dengan tidak teratur.[15] 
 Mikrofilamen biasanya ada dalam seluruh sel eukariotik. Berlawanan dengan peran penahan-tekanan (gaya tekan) mikrotubula. Peran struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton ialah untuk menahan tegangan (gaya tarik). Dengan bergabungnya bersama protein lain, mikrofilamen ini sering membentuk jalinan tiga-dimensi persis di dalam plasma membran, yang membantu mendukung bentuk sel. Jalinan ini membuat korteks (lapisan sitoplasmik) sel tersebut mempunyai kekentalan semi-padat seperti gel, yang berlawanan dengan keadaan sitoplasma dalamnya yang lebih cair (sol). Dalam sel hewan yang terspesialisasi untuk mengangkut materi melintasi membran plasma, berkas mikrofilamen membentuk inti mikrovili, penonjolan halus yang meningkatkan luas permukaan sel. Mikrofilamen juga dikenal perannya dalam pergerakan sel, khusunya sebagai bagian alat kontraksi sel otot. Kontraksi sel otot terjadi akibat filamen aktin dan miosin. Miosin yaitu ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain di sepanjang sel otot, yang diselingi dengan filamen yang lebih tebal yang tebentuk oleh protein.[16]
Kontraksi setempat yang disebabkan aktin dan miosin juga memainkan peran dalam gerakan ameboid, dimana suatu sel merangkak di sepanjang permukaan dengan cara memanjang dan mengalir ke dalam pemanjangan seluler yang disebut pseudopodia. Pseudopodia memanjang dan berkontraksi melalui penyusunan yang reversibel dari subunit aktin menjadi mikrofilamen, dan dari mikrofilamen menjadi jalinan yang mengubah sitoplasma dari bentuk sol (larutan koloid yang berbentuk cair) ke bentuk gel.[17]
Filamen aktin juga berperan dalam perkataan sel pada substansi antar sel dan sel-sel lainnya yang berada dalam satu macam jaringan. Dan juga gerakan sel seperti fagositosis atau perpindahan sel tergantung pada keseimbangan dinamis antara molekul aktin dan filamen aktin, yaitu terjadinya polimerisasi dan depolimerisasi pada aktin. Emberian senyawa penghambat pertumbuhan atau polimerisasi aktin akan mengganggu gerakan sel misalnya sitokalasin yang dapat menghambat perpindahan sel, sitokinesis, dan fagositosis.[18]
3.      Filamen Intermediet
Filamen intermediet dinamai berdasarkan diameternya, yang besarnya 8 hingga 12 nm, lebih besar daripada mikrofilamen tetapi lebih kecil daripada diameter mikrotubula. Filamen intermediet terspesialisasi untuk menahan tarikan (seperti mikrotubula), dan merupakan kelas unsur sitoskeleton yang beragam. Setiap jenis disusun dari subunit molekuler berbeda dari keluarga protein yang beragam yang disebut keratin. Mikrotubula dan mikrofilamen, sebaliknya, mempunyai diameter dan komposisi yang sama di seluruh sel eukariotik.
Filamen intermediet adalah peralatan sel yang lebih permanen daripada mikrofilamen dan mikrotubula, yang sering dibongkar pasang dalam berbagai macam bagian sel. Perlakuan kimiawi yang memindahkan mikrofilamen dan mikrotubula dari sitoplasma meninggalkan jalinan filamen intermediet yang memepertahankan bentuk aslinya.[19]
Filamen intermedia sering dijumpai di sekitar inti, menjulur ke arah perifer sel. Filamen intermedia banyak terdapat di sel yang mengalami stress mekanik misalnya di epitelium, akson sel saraf dan otot polos. Filamen intermedia diklasifikasikan berdasarkan urutan asam amino penyusunnya. Terdapat empat kelompok filamen intermedia. Tipe I tersusun atas kerati yang bersifat asam, basa atau netral terdapat di dalam epitelium dan derivat epidermis dikenal sebagai filamen intermedia yang paling stabil. Tipe II tersusun vimentin terdapatnya di sel-sel mesenkhima dan kultur sel, desmin terdapat dalam sel-sel otot, dan protein fibrilar yang bersifat asam terdapat dalam astrosit dan sel-sel schwann. Tipe III tersusun dari protein-protein penyusun neurofilamen terdapat di sel saraf. Sedangkan tipe IV tersusun atas protein lamina nukleus yaitu lamina A,B,C terdapat di lamina nukleus dari semua sel eukariota, lamina nukleus merupakan suatu struktur yang dinamis mudah terurai dan terakit kembali.
C.     Perbedaan Penyusun Tipe Sitoskeleton
Sebagaimana yang telah dijelaskan tentang masing-masing yang berperan sebagai penyusun sitoskeleton yakni ;
Struktur dan Fungsi sitoskeleton.[20]
SIFAT
MIKROTUBULA
MIKROFILAMEN (FILAMEN AKTIN)
FILAMEN INTERMEDIET
Struktur
Tabung berongga,dinding terdiri atas 13 protofilamen tubulin
2 untai aktin yang saling terjalin
Protein serabut menggulung menjadi kabel yang lebih tebal
Diameter
25 nm dengan lumen 15 nm
7 nm
8-12 nm
Subunit Protein
Tubulin, dimer yg
terdiri dari α-tubulin
dan β-tubulin
Aktin
Salah satu dari beberapa protein yang berbeda pada keluarga keratin,bergantung pada sel.
Fungsi
Mempertahankan btk
sel (penopang
penahankompresi),
motilitas sel,
pergerakan kromoson
dlm pembelahan sel,
pergerakan organel
Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan-tarikan)
Perubahan bentuk sel, kontraksi otot, pengaliran sitoplasma, motilitas sel, pembelahan sel (pembentukan alur pembelahan).
Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan-tarikan), tempat bertautnya nukleus dan organel tertentu lainnya, pembentukan lamba nukleus.
Sumber : Adaptasi dari W.M Becker, J.B. Reece, and M.F.Poenie. The World of the cell,3rd
ed. Menlo park, CA : Benjamin/Cummings,1996,Hal. 555.

D.    Beberapa Penyakit pada Manusia dan Hewan
Banyak penyakit disebabkan oleh kerusakan molekular dalam komponen sel spesifik. Beberapa penyakit ini memperlihatkan ciri khas morfologik yang dapat ditentukan melalui mikroskopi elektron atas sitokimia. Berikut table yang mencatumkan beberapa penyakit pada manusia dan hewan yang  berhubungan dengan perubahan unsur sel.[21]

Unsur Sel yang Terkait
Penyakit
Defek Molekular
Perubahan morfologik
Konsekuensi Klinik
Mitokondrion
Sitopati mitokondria
Defek fosforilasi oksidatif
Peningkatan ukuran dan jumlah mitokondria otot
Metabolisme basal tinggi tanpa hipertirodi
Mikrotubul
Sindrom Kartagner
Tiadanya dinein pada silia dan flagela
Tiadanya lengan dari mikrotubul ganda (doblet)
Silia & flagela imotil dengan sterilisasi infeksi menahun pada jalan napas
Diabetes Tikus (Acomys)
Pengurangan tubulin dalam sel β pankreas
Pengurangan mikrotubul dalam sel
Kadar gula darah tinggi (diabetes)
Lisosom
Leukodistrofi metakromatik
Tiadanya sulfatase lisosom
Pengumpulan lipid (cerebroside) dalam jaringan
Gangguan motorik dan mental
Penyakit Hurler
Tiadanya ɑ-L-idurodinase
Pengumpulan dermatan sulfat dalam jaringan
Retardasi pertumubuhan dan mental
Granul sekresi
Diabetes proinsulin
Defek dari enzim pembelah-proinsulin
Tidak ada
Kadar proinsulin darah tinggi (diabetes)
Kompleks Golgi
Penyakit sel
Defisiensi fosfortransferase
Partikel inklusi yang disimpan dalam fibroblas
Gangguan psikomotor, abnormalitas tulang



  IV.            KESIMPULAN
Dalam pembahasan diatas kita telah mengetahui bahwasitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun Sitoplasma dalam Sel. Sitoskeleton juga tersusun oleh beberapa komponen diantaranya mirotubula, mikrofilamen, dan filamen intermediet. Dalam ketiganya terdapat perbedaan yang mencolok meskipun juga mempunyai suatu kesamaan. Di dalam sel sitoskeleton berperan penting sebagai penyokong dan fungsi yang lain.
Disamping itu juga terdapat peyakit yag diakibatkan oleh beberapa sel yang mengalami perubahan sehingga timbul penyakil atau kelainan.

     V.            PENUTUP
Demikian makalah yang telah saya buat, mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah  ini banyak kesalahan dan kekurangan. Kritik dan saran sangat saya harapkan untuk perbaikan tugas selanjutnya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.




[1] Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007) Hal. 161-162
[2] Alberts B, et.al.Molecular Biology of the Cell.(Ney York :Garland Science. 2002) ISBN 0-8153-3218-1

[3] Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 129
[4] D.A.Pratiwi,dkk.Biologi(Jakarta : Erlangga.2007).Hal.13
[5] Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 130
[6] Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007) Hal.163
[7] Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007) Hal. 164-165
[8] Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel. (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007) Hal. 165-166
[9] Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 130

[10] Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 130-131

[11] Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 131-132
[12] L.Carlos Junqueira,dkk.Histologi Dasar.(Jakarta : EGC.1997) Hal.45
[13] D.A.Pratiwi,dkk.Biologi(Jakarta : Erlangga.2007).Hal.13

[14] Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel. (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007) Hal. 167
[15] L.Carlos Junqueira,dkk.Histologi Dasar.(Jakarta : EGC.1997) Hal.45
[16] Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal.133
[17] Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal.134-135
[18] Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel. (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007) Hal. 169-170
[19] Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal.135
[20] Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal.131
[21] L.Carlos Junqueira,dkk.Histologi Dasar.(Jakarta : EGC.1997) Hal. 48