I.
PENDAHULUAN
Makhluk
hidup merupakan struktur kompleks dari kehidupan. Ada yang uni seluler (bersel
satu) dan juga ada multiseluler (bersel banyak) pada tumbuhan ataupun hewan. Sel merupakan unit
terkecil atau unit dasar makhluk hidup baik secara stuktural maupun fungsional. Hal ini berarti bahwa
secara struktural, sel
merupakan penyusun makhluk hidup, baik mahkluk bersel satu maupun bersel
banyak. Selain itu, setiap sel melakukan aktivitas kehidupan. untuk menjaga
kelangsungan aktivitasnya, setiap sel mempunyai
struktur dan fungsi yang jelas. Sebuah sel mempunyai tiga bagian utama yaitu
membran sel (selaput plasma), sitoplasma, dan organel-organel sel.
Mempelajari
dan mengetahui tentang sel serta struktur bagian-bagian didalamnya dapat
mendorong kita agar lebih mencintai diri kita. Sel tersusun dari bagian inti yaitu membran
plasma, nukleus, dan sitoplasma . Di dalam sitoplasma terdapat
organel-organel sel yang masing- masing memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda
tetapi saling berhubungan.
Pada
awalnya banyak ahli biologi berpikir bahwa organel sel eukariotik mengambang
bebas dalam sel. Namun ternyata setelah dilakukan penyempurnaan mikroskrop cahaya dan mikroskopi elektron
ditemukan bahwa terdapat sitoskeleton yang menyokong organel sel dalam sitosol.
Oleh karena itu, akan di bahas dalam makalah ini adalah sitoskeleton dan juga
beberapa penyakit yang disebabkan oleh perubahan unsur sel.
Di
dalam surat Al-Anbiya ayat 83 menjelaskan tentang penyakit.
رَبِّ
أَنِّي مَسَّـنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (٨٣)
“ Ya
Tuhanku,Sesugguhnya aku telah ditimpa penyakit dan engkau adalahTuhan
yang Maha Penyayang diantara semua
penyayang”.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apakah Penjelasan Pengertian
dari Sitoskeleton ?
B.
Apa saja komponen-komponen
penyusun Sitoskeleton ?
C.
Bagaimana Perbedaan antara
masing-masing penyusun tipe sitoskeleton ?
D. Apa saja penyakit yang disebabkan oleh perubahan unsur sel ?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sitoskeleton
Sitoskeleton berasal dai dua kata yaitu cyto yang berarti sel dan skeleton
yang berarti rangka.[1] Sitoskeleton
atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun Sitoplasma
dalam Sel. Setelah lama dianggap hanya terdapat di sel eukariota, sitoskeleton
ternyata juga dapat ditemukan pada sel prokariota. Dengan adanya sitoskeleton,
sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi
organel, berenang, serta merayap di permukaan.[2]
Sitoskeleton memainkan peran utama dalam
pengorganisasian struktur dan aktivitas sel. Oleh karena itu, sitoskeleton
sangatlah penting dalam keberlangsungan hidup sel. Selain itu, sitoskeleton
merupakan tempat bergantungnya organel dan bahkan molekul enzim sitosol. Akan
tetapi, sitoskeleton lebih dinamis daripada rangka hewan. Sitoskeleton dapat
secara cepat dibongkar dalam satu bagian sel dan dirakit atau disusun di tempat
baru, yang mengubah bentuk sel tersebut.
Sitoskeleton juga terlibat dalam beberapa jenis
motilitas (gerak) sel. Istilah motilitas sel mencakup perubahan tempat
sel maupun pergerakan bagian sel yang lebih terbatas. Motilitas sel umumnya
membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan protein yang disebut molekul motor.[3]
B. Komponen-Komponen
Penyusun Sitoskeleton
Komponen penyusun dalam sitoskeleton teradapat tiga jenis filamen.
Filamen yaitu tumpukan protein yang berbentuk benang-benang halus.
Filamen-filamen ini membentuk suatu anyaman atau jala yang memberikan kekuatan
kepada sel atau kerangka sel yang kemudian disebut sitoskeleton.
Berdasarkan struktur dan garis tengahnya filamen-filamen tersebut dikelompokkan
menjadi tiga kelompok yaitu mikrotubula (Ø 24 nm), mikrofilamen
(Ø 60A ̊ ), dan filamen intermedia (Ø 8-10 nm). Mikrotubula merupakan yang
paling tebal di antara ketiganya, mikrofilamen (juga disebut filamen aktin)
merupakan yang paling halus. Sedangkan filamen intermediet adalah serabut
dengan diameter yang termasuk dalam kisaran menengah. Untuk lebih memudahkan
pemahaman dan pengkajian dari masing-masing dilamen tersebut, berikut
penjelasanya :
1. Mikrotubula
Mikrotubul adalah rantai protein yang berbentuk spiral dan spiral ini
membentuk tabung berlubang.[4]Mikrotubula ditemukan dalam
sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubula itu berupa batang lurus dan
berongga yang berdiameter sekitar 25 nm dan mempunyai panjang dari 200 nm
hingga 25µm.
Dinding tabung berongga dibangun dari protein globular yang disbut tubulin.
Setiap molekul tubulin terdiri atas dua subunit polipeptida yang serupa, ɑ-tubulin dan β-tubulin. Mikrotubula memanjang
dengan menambah molekul tubulin di ujung-ujungnya. Mikrotubula dapat dibongkar
dan tubulinnya digunakan untuk membangun mikrotubula di mana saja di dalam sel.
Mikrotubula memberi bentuk dan mendukung sel, dan juga berfungsi sebagai
jalur yang dapat digunakan organel yang dilengkapi dengan molekul motor untuk
dapat bergerak. Misalnya, mikrotubula agaknya menuntun vesikula sekretoris dari
aparatus Golgi ke membran plasma. Mikrotubula juga terlibat dalam pemisahan
kromosaom selama pembelahan sel terjadi.[5] Mikrotubula memiliki kutub
positif yaitu kutub yang pertumbuhannya cepat dan kutub negatif yaitu kutub
yang pertumbuhannya lambat.[6]
Terdapat dua kelompok mikrotubula yakni ; 1) mikrotubula stabil, adalah
mikrotubula yang dapat diawetkan dengan larutan fiksatif apapun, misalnya : OsO4,
MnO4 atau aldehid dan suhu berapapun. 2) mikrotubula labil yaitu
mikrotubula yang dapat diawetkan hanya dengan larutan fiksatif aldehida pada
suhu sekitar 4 ̊C.
Pada bagian mikrotubula yang labil, mikrotubula mempunya ujung positif dan
ujung negatif. Ujung positif adalah tempat dimer-dimer tubulin bersatu
membentuk heterodimer, sedangkan ujung negatif adalah tempat lepasnya
dimer-dimer tubulin dari ikatan heterodimer mikrotubula. Hal ini menyebabkan
struktur mikrotubula tersebut labil atau bergerak. Mikrotubula labil terdapat
di dalam sitoplasma sehingga disebut juga mikrotubula sitoplasma. Mikrotubula
sitoplasma ini berfungsi dalam memberi bentuk sel, membantu gerakan sel, dan
menentukan bidang pembelahan sel. Kelabilan mikrotubula dapat diterangkan
berdasarkan hipotesisi Kirschner dan Mitchison yaitu melalui terhidrolisis atau
tidaknya GTP. Terhidrolisis maka akan terjadi pembongkaran mikrotubula.[7]
Kelabilan mikrotubula mendasari
kegiatan dan fungsinya. Misalnya mikrotubula pada saat mitosis yang disbut
gelendong mitosis. Mikrotubula gelendong mitosis sangat labil artinya cepat
terakit maupun terurai. Hal ini menyebabkan gelendong mitosis sangat peka
terhadap pengaruh dari senyawa-senyawa kimia, dimana beberapa senyawa kima itu
bersifat antimiotik yaitu menghambat pembentukan gelendong mitosis. Pengaruh
senyawa-senyawa antimitosis ini bersifat tidak permanen artinya apabila senyawa
ini dihilangkan maka gelendong mitosis ini akan terikat kembali dan mitosis
akan berlanjut kembali. Beberapa senyawa yang bersifat antimitosis adalah
sebagai berikut : kolkisin, kolsemid, dan nokadzole. Ketiganya berfungsi
menghambat pengikatan molekul tubulin ke mikrotubula, yang akan menyebabkan
depolimerisasi mikrotubula atau gagalnya pembentukan mikrotubula. Vinblastin
dan Vinkristin berfungsi memacu pembentukan kelompok parakristalin dari tubulin
yang menyebabkan terpecahnya ikatan antar tubulin mikrotubula sehinggaterjadi
juga dipolimerisasi. Sedangkan taksol berfungsi kebalikannya, senyawa ini
menstabilkan mikrotubula sehingga sulit terurai, akibatnya kromosom tetap terletak
di bidang ekuator pembelahan, tidak dapat menuju ke masing-masing kutub
pembelahan. Akibatnya mitosis gagal terjadi atau terbentuk sel-sel dengan inti
ganda (poliploidi).[8]
Di dalam banyak sel, mikrotubula tumbuh
dari sentrosom, suatu daerah yang terletak dekat nukleus. Mikrotubula disini
berfungsi sebagai balok penahan dari tekanan sitoskeleton. Di dalam sentrosom
sel hewan terdapat sepasang sentriol, masing-masing tersusun ke dalam suatu
cincin. Apabila sel membelah, sentriol ini bereplikasi. Walaupun sentriol dapat
membantu mengoganisasi penyusunan rakitan mikrotubula, sentriol ini tak penting
bagi fungsi ini dalam semua eukariota; sentrosom sebagian besartumbuhan tidak
memiliki sentriol sama sekali.[9]
Dalam eukariota, susunan khusus
mikrotubula berperan untuk menggetarkan flagela dan silia, alat yang membantu
pergerakan dari sebagaian sel. Jika silia atau flagela membentang dari sel yang
merupakan bagian dari lapisan jaringan, silia dan flagela ini berfungsi
menggerakan cairan di atas permukaan jaringannya. Misalnya , lapisan batang
tenggorokan yang bersilia menggerakan lendir yang berhasil menangkap
kotoran-kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Pada umunya flagela
berdiameter sama tetapi lebih panjang daripada silia. Selain itu, jumlah
flagela biasanya terbatas, hanya satu atau beberapa untuk setiap sel. Perbedaan
yang lainnya yaitu pada pola kibasanya, flagela memiliki gerak berombak-ombak
yang menghasilkan gaya yang searah dengan sumbu flagela. Sebaliknya, silia
bekerja lebih seperti dayung, dengan tenaga yang berganti-ganti dan kibasan
balik yang menghasilkan gaya yang arahnya tegak lurus terhadap sumbu silia.[10]
Sekalipun berbeda dalam hal panjangya, jumlah
per sel, dan pola kibasannya tadi yang telah dijelaskan, silia dan flagela juga
memiliki kesamaan ultrastruktur. Silia dan flagela memiliki suatu inti yang
terdiri dari mikrotubula yang diselimuti
oleh suatu membran yang memanjang.
Rakitan
mikrotubula dari silia atau flagela ini tertambat dalam sel dengan bantuan
tubuh basal, yang secara struktural identik dengan sentriol.[11]
Telah dibicarakan beberapa mutasi dalam
protein silia dan flagela. Salah satunya darinya disebut sindroma silia
imotil dari Kartagner dan dicirikan oleh tidak adanya lengan-lengan dinein
dalam struktur ini, mengakibatkan infertilitas pada pria (akibat sperma yang
imotil) dan infeksi pernafasan kronik (akibat tidak adanya gerakan pemersih
dari silia salauran nafas).[12]
2. Mikrofilamen
Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis,
terdiri dari protein yang disebut aktin.[13] Mikrofilamen ini disebut
dengan aktin, karena filamen ini tersusun dari molekul aktin, suatu protein
globular. Aktin diketahui merupakan [rotein kontraktil yang terlibat dalam
proses-proses yang terjadi dalam sel antara lain sitokinesis, aliran plasma,
gerakan sel, gerakan mikrovili intestinal. Sekitar 50% molekul aktin yang
terdapat di dalam sel hewan tidak terpolimerisasi.[14]
Pengamatan struktural dan biokimiawi menunjukkan bahwa aktin merupakan
unsur penting dari protein total dari semua sel. Pada sel bukan otot, aktin
biasanya ada dalam bentuk mikrofilamen. Perbedaan komposisi asam amino rupanya
berhubungan dengan sifat fungsional dan stabilitas spesifik dari beberapa aktin
di dalam sel. Di dalam sel, mikrofilamen tersusun dalam banyak bentuk : (1)
Pada otot rangka, mereka membentuk berkas parakristal yang terntegrasi dengan
filamen miosin tebal (16nm). (2) Pda kebanyakan sel, mikrofilamen in terdapat
berupa selaput tipis tepat dibawah plasmelama. Filamen-filamen ini rupanya
berhubungan dengan aktivitas membran seperti endositosis, eksositosis, dan
aktivitas migrasi sel. (3) mikrofilamen berhubungan erat dengan sejumlah
organel, vesikel, dan granul dalam sitoplasma. Filamen-filamen ini diduga
berperan memindahkan dan menggerakan unsur-unsur sitoplasma (arus sitoplasma).
(4) mikrofilamen membentuk cincin filamen yang bila mengerut mengakibatkan
terpisahnya sel dalam mitosis. (5) pada kebanyakan sel, mikrofilamen tersebar
di dalam sitoplasma dengan tidak teratur.[15]
Mikrofilamen biasanya ada dalam
seluruh sel eukariotik. Berlawanan dengan peran penahan-tekanan (gaya tekan)
mikrotubula. Peran struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton ialah untuk
menahan tegangan (gaya tarik). Dengan bergabungnya bersama protein lain,
mikrofilamen ini sering membentuk jalinan tiga-dimensi persis di dalam plasma
membran, yang membantu mendukung bentuk sel. Jalinan ini membuat korteks
(lapisan sitoplasmik) sel tersebut mempunyai kekentalan semi-padat seperti gel,
yang berlawanan dengan keadaan sitoplasma dalamnya yang lebih cair (sol). Dalam
sel hewan yang terspesialisasi untuk mengangkut materi melintasi membran
plasma, berkas mikrofilamen membentuk inti mikrovili, penonjolan halus yang
meningkatkan luas permukaan sel. Mikrofilamen juga dikenal perannya dalam
pergerakan sel, khusunya sebagai bagian alat kontraksi sel otot. Kontraksi sel
otot terjadi akibat filamen aktin dan miosin. Miosin yaitu ribuan filamen aktin
disusun sejajar satu sama lain di sepanjang sel otot, yang diselingi dengan
filamen yang lebih tebal yang tebentuk oleh protein.[16]
Kontraksi setempat yang disebabkan aktin dan miosin juga memainkan peran
dalam gerakan ameboid, dimana suatu sel merangkak di sepanjang permukaan dengan
cara memanjang dan mengalir ke dalam pemanjangan seluler yang disebut
pseudopodia. Pseudopodia memanjang dan berkontraksi melalui penyusunan yang
reversibel dari subunit aktin menjadi mikrofilamen, dan dari mikrofilamen
menjadi jalinan yang mengubah sitoplasma dari bentuk sol (larutan koloid yang
berbentuk cair) ke bentuk gel.[17]
Filamen aktin juga berperan dalam perkataan sel pada substansi antar sel
dan sel-sel lainnya yang berada dalam satu macam jaringan. Dan juga gerakan sel
seperti fagositosis atau perpindahan sel tergantung pada keseimbangan dinamis
antara molekul aktin dan filamen aktin, yaitu terjadinya polimerisasi dan
depolimerisasi pada aktin. Emberian senyawa penghambat pertumbuhan atau
polimerisasi aktin akan mengganggu gerakan sel misalnya sitokalasin yang dapat
menghambat perpindahan sel, sitokinesis, dan fagositosis.[18]
3. Filamen
Intermediet
Filamen intermediet dinamai berdasarkan diameternya, yang besarnya 8
hingga 12 nm, lebih besar daripada mikrofilamen tetapi lebih kecil daripada
diameter mikrotubula. Filamen intermediet terspesialisasi untuk menahan tarikan
(seperti mikrotubula), dan merupakan kelas unsur sitoskeleton yang beragam.
Setiap jenis disusun dari subunit molekuler berbeda dari keluarga protein yang
beragam yang disebut keratin. Mikrotubula dan mikrofilamen, sebaliknya,
mempunyai diameter dan komposisi yang sama di seluruh sel eukariotik.
Filamen intermediet adalah peralatan sel yang lebih permanen daripada
mikrofilamen dan mikrotubula, yang sering dibongkar pasang dalam berbagai macam
bagian sel. Perlakuan kimiawi yang memindahkan mikrofilamen dan mikrotubula
dari sitoplasma meninggalkan jalinan filamen intermediet yang memepertahankan
bentuk aslinya.[19]
Filamen intermedia sering dijumpai di sekitar inti, menjulur ke arah
perifer sel. Filamen intermedia banyak terdapat di sel yang mengalami stress
mekanik misalnya di epitelium, akson sel saraf dan otot polos. Filamen
intermedia diklasifikasikan berdasarkan urutan asam amino penyusunnya. Terdapat
empat kelompok filamen intermedia. Tipe I tersusun atas kerati yang bersifat
asam, basa atau netral terdapat di dalam epitelium dan derivat epidermis
dikenal sebagai filamen intermedia yang paling stabil. Tipe II tersusun
vimentin terdapatnya di sel-sel mesenkhima dan kultur sel, desmin terdapat
dalam sel-sel otot, dan protein fibrilar yang bersifat asam terdapat dalam
astrosit dan sel-sel schwann. Tipe III tersusun dari protein-protein penyusun
neurofilamen terdapat di sel saraf. Sedangkan tipe IV tersusun atas protein
lamina nukleus yaitu lamina A,B,C terdapat di lamina nukleus dari semua sel
eukariota, lamina nukleus merupakan suatu struktur yang dinamis mudah terurai
dan terakit kembali.
C. Perbedaan
Penyusun Tipe Sitoskeleton
Sebagaimana yang telah dijelaskan tentang masing-masing yang berperan
sebagai penyusun sitoskeleton yakni ;
Struktur dan
Fungsi sitoskeleton.[20]
SIFAT
|
MIKROTUBULA
|
MIKROFILAMEN (FILAMEN AKTIN)
|
FILAMEN INTERMEDIET
|
Struktur
|
Tabung berongga,dinding terdiri
atas 13 protofilamen tubulin
|
2 untai aktin yang saling terjalin
|
Protein serabut menggulung menjadi
kabel yang lebih tebal
|
Diameter
|
25 nm dengan lumen 15 nm
|
7 nm
|
8-12 nm
|
Subunit Protein
|
Tubulin, dimer yg
terdiri dari α-tubulin
dan β-tubulin
|
Aktin
|
Salah satu dari beberapa protein
yang berbeda pada keluarga keratin,bergantung pada sel.
|
Fungsi
|
Mempertahankan btk
sel (penopang
penahankompresi),
motilitas sel,
pergerakan kromoson
dlm pembelahan sel,
pergerakan organel
|
Mempertahankan bentuk sel (unsur
penahan-tarikan)
Perubahan bentuk sel, kontraksi
otot, pengaliran sitoplasma, motilitas sel, pembelahan sel (pembentukan alur
pembelahan).
|
Mempertahankan bentuk sel (unsur
penahan-tarikan), tempat bertautnya nukleus dan organel tertentu lainnya,
pembentukan lamba nukleus.
|
Sumber : Adaptasi dari W.M Becker, J.B. Reece, and
M.F.Poenie. The World of the cell,3rd
ed. Menlo park, CA : Benjamin/Cummings,1996,Hal. 555.
D. Beberapa
Penyakit pada Manusia dan Hewan
Banyak penyakit disebabkan oleh kerusakan molekular dalam komponen sel
spesifik. Beberapa penyakit ini memperlihatkan ciri khas morfologik yang
dapat ditentukan melalui mikroskopi elektron atas sitokimia. Berikut table yang
mencatumkan beberapa penyakit pada manusia dan hewan yang berhubungan dengan perubahan unsur sel.[21]
Unsur Sel yang Terkait
|
Penyakit
|
Defek Molekular
|
Perubahan morfologik
|
Konsekuensi Klinik
|
Mitokondrion
|
Sitopati mitokondria
|
Defek fosforilasi oksidatif
|
Peningkatan ukuran dan jumlah
mitokondria otot
|
Metabolisme basal tinggi tanpa
hipertirodi
|
Mikrotubul
|
Sindrom Kartagner
|
Tiadanya dinein pada silia dan
flagela
|
Tiadanya lengan dari mikrotubul
ganda (doblet)
|
Silia & flagela imotil dengan
sterilisasi infeksi menahun pada jalan napas
|
Diabetes Tikus (Acomys)
|
Pengurangan tubulin dalam sel β pankreas
|
Pengurangan mikrotubul dalam sel
|
Kadar gula darah tinggi (diabetes)
|
|
Lisosom
|
Leukodistrofi metakromatik
|
Tiadanya sulfatase lisosom
|
Pengumpulan lipid (cerebroside)
dalam jaringan
|
Gangguan motorik dan mental
|
Penyakit Hurler
|
Tiadanya ɑ-L-idurodinase
|
Pengumpulan dermatan sulfat dalam
jaringan
|
Retardasi pertumubuhan dan mental
|
|
Granul sekresi
|
Diabetes proinsulin
|
Defek dari enzim
pembelah-proinsulin
|
Tidak ada
|
Kadar proinsulin darah tinggi
(diabetes)
|
Kompleks Golgi
|
Penyakit sel
|
Defisiensi fosfortransferase
|
Partikel inklusi yang disimpan
dalam fibroblas
|
Gangguan psikomotor, abnormalitas
tulang
|
IV.
KESIMPULAN
Dalam pembahasan diatas kita telah mengetahui bahwasitoskeleton
atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun Sitoplasma
dalam Sel. Sitoskeleton juga tersusun oleh beberapa komponen diantaranya
mirotubula, mikrofilamen, dan filamen intermediet. Dalam ketiganya terdapat
perbedaan yang mencolok meskipun juga mempunyai suatu kesamaan. Di dalam sel
sitoskeleton berperan penting sebagai penyokong dan fungsi yang lain.
Disamping itu juga terdapat peyakit yag diakibatkan
oleh beberapa sel yang mengalami perubahan sehingga timbul penyakil atau
kelainan.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah yang telah saya buat, mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Kritik
dan saran sangat saya harapkan untuk perbaikan tugas selanjutnya dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
[1]
Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007)
Hal. 161-162
[2]
Alberts B, et.al.Molecular
Biology of the Cell.(Ney York :Garland Science. 2002) ISBN 0-8153-3218-1
[3] Campbell
Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 129
[4]
D.A.Pratiwi,dkk.Biologi(Jakarta : Erlangga.2007).Hal.13
[5]
Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 130
[6]
Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007)
Hal.163
[7] Sumadi
Aditya dan Mariati.Biologi Sel (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007) Hal.
164-165
[8]
Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel. (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007) Hal.
165-166
[9]
Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 130
[10]
Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 130-131
[11] Campbell
Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal. 131-132
[12]
L.Carlos Junqueira,dkk.Histologi Dasar.(Jakarta : EGC.1997) Hal.45
[13]
D.A.Pratiwi,dkk.Biologi(Jakarta : Erlangga.2007).Hal.13
[14]
Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel. (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007)
Hal. 167
[15] L.Carlos
Junqueira,dkk.Histologi Dasar.(Jakarta : EGC.1997) Hal.45
[16]
Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal.133
[17]
Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal.134-135
[18]
Sumadi Aditya dan Mariati.Biologi Sel. (Yogyakarta : Graha Ilmu.2007)
Hal. 169-170
[19]
Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal.135
[20]
Campbell Reece – Mitchel.Biologi.(Jakarta : Erlangga.2002) Hal.131
[21]
L.Carlos Junqueira,dkk.Histologi Dasar.(Jakarta : EGC.1997) Hal. 48